RAGAM TEKNOLOGI BUDIDAYA PERIKANAN
Budidaya perikanan saat ini menggunakan tiga tingkatan macam teknologi . Adapun tingkatan
teknologi tersebut meliputi :
1.
Tradisional
(Ekstensif)
Budidaya perikanan yang menggunakan teknologi ini
memiliki karakteristik padat penebaran yang masih rendah, yakni padat penebaran
ikan di bawah 1o ekor/m2. Benih yang ditebar di kolam pun berukuran
kecil. Pertumbuhan
ikan bergantung pada kesuburan perairan. Hal ini dikarenakan pakan hanya berasal dari pakan alami. Ikan hanya makan plankton-plankton yang hidup di kolam. Meski demikian,
tidak menutup kemungkinan sewaktu-waktu pembudidaya memberi makanan tambahan berupa
sisa-sisa dapur pada ikan peliharannya. Walaupun
hanya bergantung pada pakan alami yang hidup di kolam, akan tetapi pertumbuhan
ikan tidak terganggu, karena nutrisi yang disediakan dari plankton jauh lebih
lengkap, baik nutrisi makroelemen ataupun nutrisi mikroelemen.
Tingkat manipulasi lingkungan kolam masih sedikit, manipulasi kolam hanya
sebatas pemupukan sebelum benih ditebar, dan pergantian air tidak dilakukan
secara berkala, akan tetapi dilakukan saat kolam sudah benar-benar airnya
keruh. Dengan demikian, tingkat pergantian sangat jarang terjadi. Oksigen hanya
berasal dari proses difusi saja karena jarangnya pergantian air. Sebagai
penutup kekurangan dari jarangnya pergantian air, di pinggir kolam biasanya
ditanami tanaman-tanaman lain, misalnya saja tanaman jambu ataupun tanaman
jenis pagar yang berguna sebagai penyuplai oksigen agar proses difusi oksigen
terjadi. Penanaman tanaman lain di pinggir kolam tidak hanya difungsikan
sebagai penyuplai oksigen saja, akan tetapi mencegah terjadinya erosi di
pinggir kolam, akarnya yang tunggang biasanya sangat berguna dalam menyokong
tanah di pinggir kolam. Ciri lain dari budidaya perikanan menggunakan teknologi
ini adalah produktivitasnya yang rendah, yakni sekitar kurang dari 1
ton/ha/tahun . produktivitas yang rendah dari kolam disebabkan fakor
pengelolaan kolam yang kurang terkontrol. Selain itu hasil dari proses pembudidaya
tidak menentu. Tidak adanya kalkulasi yang baik dari mulai persiapan
kolam-pemanenan, sehingga panen dilakukan sewaktu-waktu saja, karena sebagian
besar pembudidaya yang menggunakan system ini ikan yang dibudidayakan tidak
untuk dijual, akan tetapi sebagai sajian lauk di rumah.
2. Semi Intensif
Pada budidaya perikanan yang menggunakan teknologi
semi intensif dicirikan dengan
padat
penebaran yang sedang, yakni hanya 10-20 ekor/m2. Pakan berasal dari
pakan alami berupa plankton-plankton dan pakan tambahan berupa pelet. Dengan
demikian, ikan memiliki kecukupan nutrisi yang jauh lebih baik. Nutrisi yang
tidak ada di pakan alami bisa ditutupi kekurangannya dari pakan tambahan, dan
atau sebaliknya. Pada kolam dengan teknologi seperti ini, tingkat manipulasi
lingkungan dilakukan dengan baik, misalnya saja pemupukan di lakukan di kolan
ini untuk dengan maksud plankton-plankton bisa hidup di kolam, karena plankton
dijadikan pakan alami ikan. Pergantian air dilakukan secara berkala dan
terkontrol, hal ini dimaksudkan agar kualitas air kolam selalu baik dan
terjaga. Tidak hanya itu pergantian air dilakukan untuk proses pembuangan
limbah dan perbaikan sirkulasi udara dengan air, yang diharapkan terjadi
penambahan kadar oksigen di kolam. Pencegahan penyakit sudah dilakukan,
misalnya saja tadi dengan pemberian vaksin, dan ataupun pergantian air secara
berkala. Tingkat produktivitas hasil kolam sedang, yakni sekitar 2
ton/ha/tahun. Itu karena manipulasi lingkungan sudah dilakukan dengan cukup
baik. Meski demikian, hasil dari proses pembudidayaan belum menentu karena
kalkulasi pakan dan komponen lain masih
kurang baik. Efisiensi pakan belum terjadi pada kola ini karena tidak adanya
anco sebagai pengontrol pakan.
3. Intensif
Kolam dengan
teknologi ini dicirikan padat penebaran ikan yang tinggi, yakni lebih dari 30
ekor/5 kg (m2). Ukuran benih yang ditebar besar, dan berkualitas
baik. Hal ini karena benih ikan yang akan ditebar dikolam dilakukan penyortiran
dan seleksi. Penyortiran dilakukan agar terjadi kesamaan ukuran ikan dalam
kolam, sedangkan seleksi agar hanya ikan dengan kualitas baik yang akan ditebar
ke kolam. Pakan 100 % bersal dari pakan tambahan berupa pelet. Pelet dirancang
dengan komposisi yang baik disesuaikan dengan tingkat kebutuhan nutrisi ikan
yang ditebar, ukuran pakan pelet pun sudah dirancang sedemikian rupa sesuai
dengan bukaan mulut ikan. Manipulasi lingkungan sudah dilakukan secara
intensif, dimulai desain kolam sudah baik yakni tidak adanya sirkulasi air yang
mati, kontruksi tempat didesain dengan tembok untuk dasar dan dinding kolam,
sehingga memungkinkan tidak ada plankton yang tumbuhan di kolam. Sistem
pengairan sudah sangat baik, yakni adanya pergantian air kolam yang berkala
untuk menjaga kualitas air kolam.
Kualitas air kolam dijaga dengan sangat baik, karena air kolam sebagai media
hidup ikan, diharapkan dengan media hidup yang baik nantinya tingkat
pertumbuhan ikan pun menjadi baik. Pergantian air dimaksudkan untuk menngontrol
kualitas air dengan membuang limbah sisa metabolisme ikan dari kolam, dan untuk
menambhan kadar oksigen dalam air. Budidaya perikanan dengan system ini sudah
banyak menggunakan alat tambahan. Anco misalnya digunakan untuk pengontrol
pakan, kincir angin untuk memaksimalkan difusi oksigen ke air, dan untuk
mengarah limbah sisa metabolisme ke tampat khusus pembuangan limbah.
Penanggulangan penyakit ikan dilakukan dengan baik, dimulai dari seleksi ikan
secara ketat sebelum ditebar, dilakukan pergantian air secara berkala, dan
pemberian vaksin pada ikan untuk mencegah ikan terinfeksi penyakit.Hasil
budidaya ikan dengan teknologi ini hasilny sangat baik, karena efisiensi
terjadi pada semua sector, misalnya saja adanya anco dan konversi pakan sesuai
biomassa ikan. Tingkat produktvitas ikan tinggi karena ditunjang dengan system
pengontrolan kolam yang sangat baik. Pembudidaya ikan dengan teknologi ini
targetnya adalah pasar, yakni ikan hasil panen seluruhnya di jual ke pasar.
0 komentar:
Posting Komentar