Fishery and Ocean Education Science Bank: SFI Affiliate Business : Bisnis Mudah, Cepat, dan ...: Anda seorang pebisnis? atau anda ingin memulai berkarir di dunia bisnis? Tidak ada salahnya mencoba menjadi anggota pebisnis online. Ada banyak memang bisnis online di dunia maya tapi saya lebih menyarankan untuk bisnis online di SFI Affiliate. Mengapa harus memilih bisnis online di SFI Affiliate? Ada banyak manfaat dan keuntungan bisnis online di SFI Affiliate
My Kata Mutiara
The speak is slowly but the think is quickly
15 Maret 2013
09 Desember 2012
Daphnia sp.
Daphnia sp. sering digunakan sebagai
pakan alami untuk larva ikan air tawar dan ikan hias, misalnya saja ikan molly
dan ikan guppy. Daphnia sering disebut juga kutu air atau water fleas atau juga
freshwater cladoceran. Dalam ekosistem air tawar, daphnia hidup sebagai
zooplankton yang bersifat motil. Daphnia dapat ditemukan di daerah tropis
hingga daerah artic. Organisme ini hidup di kolam-kolam, sawah, ataupun danau
yang banyak mengandun bahan organik.
Adapun taksonomi dari daphnia yakni:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustace
Kelas : Brachipoda
Subkelas : Diplostraca
Ordo : Cladocera
Subordo : Eucladocera
Famili : Daphnidae
Subfamili : Daphnoidea
Genus : Daphnia
Spesies : Daphnia sp.
Dengan demikian secara taksonomi, organisme ini termasuk jenis udang-udangan. Tubuhnya terdiri atas kepala menyatu dan batang tubuh (trunk). Pada beberapa spesies, sebagian besar anggota tubuhnya tertutup oleh carapace dengan enam pasang kaki semu yang berada pada rongga perut. Carapace merupakan external skeleton pada organisme ini, carapace bersifat keras karena tersusun atas kitin, sehingga carapace berfungsi sebagai perlindungan dari predator ataupun gesekan. Pada beberapa spesies dari organisme ini, bagian carapace-nya tembus cahaya dan tampak jelas melalui mikroskop bagian dalam tubuhnya. Bagian tubuh yang paling terlihat yakni mata, antena, dan sepasang seta. Antena terdiri atas 5-6 pasang yang berfungsi dalam lokomasi. Beberapa daphnia memakan rotifer kecil, crustacean, tapi sebagian besar hidup sebagai filter feeder, memakan algae, dan berbagai macam detritus organik (protista/bakteri). Organisme ini hidup optimal pada suhu 180C-240C, dengan pH yang sedikit alkali antara pH 6,7-9,2. Perkembangbiakan pada daphnia dilakukan secara parthenogenesis dan reproduksi seksual. Parthenogenis dilakukan dengan menghasilkan anakan dari proses fertilisasi yang tanpa dibuahi oleh sperma indukan jantan daphnia., sedangkan reproduksi seksualnya dilakukan dengan penyatuan sperma-ovum dari kedua indukan daphnia melalui fertilisasi untuk menghasilkan anakannya.
07 Desember 2012
Review Jurnal : Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asal Laut Sulawesi Untuk Biokontrol Penyakit Vibriosis Pada Larva Udang Windu
Isolasi
dan Karakterisasi Bakteri Asal Laut Sulawesi
Untuk
Biokontrol Penyakit Vibriosis Pada Larva
Udang
Windu (Penaeus monodon Fab.)
Ditulis oleh : Muliani, Antonius Suwanto, dan Yusminah
Hala
Udang
windu adalah jenis udang air laut yang merupakan udang asli Indonesia (endemik).
Udang ini merupakan jenis udang penaeid dari family Penaeidae. Dahulu udang ini
menjadi primadona di pasar internasional. Bahkan budidaya udang ini menjadi
trend pada tahun 70-an sampai awal tahun 90-an. Namun sekarang udang ini bukan
menjadi primadona lagi di pasar internasional
akibat dari udang ini yang mudah terserang penyakit misalnya white spot
dan vibriosis. Vibriosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh kelompok
bakteri Vibrio sp. misalnya Vibrio harvey dengan gejala penyakit ini
yakni warna kulit kusam dan hilangnya nafsu makan pada udang.
Vibriosis sangat mudah
menyerang larva udang ini daripada udang dewasa. Berbagai penelitian sudah
dilakukan untuk menanggulangi penyakit ini dari mulai penggunaan antibiotic,
penggunaan vaksin dan imunostimulan untuk merangsang kekebalan nonspecific
udang, pemberian bahan aktif sponge dan
hydrozoan. Akan tetapi dari berbagai penelitian itu yang
dinilai efektif saat ini untuk penggulangan vibriosis pada larva udang
windu yakni penggunaan biokontrol.
Penggunaan bionkotrol
menggunakan mikrobia yang dalam hal ini bakteri selain lebih efektif terhadap
larva ikan, akan tetapi lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dalam hal ini
isolate bakteri yang digunakan sebagai biokontrol pertumbuhan/ mengurangi
virulensi bakteri Vibrio harvey
sebagai penyebab vibriosis pada larva udang windu adalah menggunakan isolate
bakteri asal laut Sulawesi. Bakteri biokontrol ini diisolasi dari karang, air
laut, dan sedimen pantai di Makasar, Pulau Lae-Lae, Pulau Kayangan, dan Pulau
Balam Lompo menggunakan media TCBSA (Thiosulfate Citrate Bile Sucrose Agar) dan
media kaldu SWC (Sea Water Complete) 100 % yang mana media ini dibuat dari air laut 750 ml, akuades 250 ml, bakto pepton
5 gr, ekstrak khamir 1 gr, gliserol 3 ml, dan bakto agar 15 gr, sedangkan
morfologi isolate diidentifikasi menggunakan mikrobiologi standar. Pada
penelitian ini dilakukan beberapa uji yakni:
1.
Uji
daya hambat bakteri biokontrol asal Laut Sulawesi terhadap bakteri Vibrio harvey diisolasi dan
ditumbuhkan ke dalam medium TCBSA selama
24 jam untuk mengetahui daya hambat bakteri biokontrol terhadap pertumbuhan
bakteri penyebab vibriosis.
2.
Karakterisasi
dan uji sensitifitas bakteri biokontrol terhadap antibiotic. Karakterisasi dilakukan dengan
melakukan pewarnaan gram,uji oksidase, uji katalase, uji indol, uji motilitas,
dan uji amilolitik, sedangkan pengujian sensitifitas bakteri biokontrol
dilakukan terhadap antibiotic gentamisin, kloramfenikol, eritromisin,
furazolidon, rifampisin (DIFCO) dengan konsentrasi 25 µg/ml.
3.
Uji
patogenisitas bakteri biokontrol terhadap larva udang windu dilakukan dengan metode
perendaman dengan pengamatan melalui kematian larva udang setelah perendaman
selama 24 jam dan dibandingkan dengan perendaman tanpa bakteri, perendaman
dilakukan dengan rancangan acak lengkap dengan tiga ulangan.
4.
Uji
tantang bakteri Vibrio harvey dengan
bakteri biokontrol dilakukan secara in vitro dalam media kaldu SWC dalam labu
Erlenmeyer dengan pengamatan terhadap kepadatan populasi bakteri biokontrol
dengan bakteri Vibrio harvey ,
pengujian dilakukan dengan rancangan acak lengkap dengan tiga ulangan.
5.
Identifikasi
bakteri biokontrol, bakteri biokontrol diindentifikasi berdasarkan sekuen
16S-rRNA yang selanjutnya dibuat pohon filogenetiknya dari hasil data analisis
FASTA sekuen DNA.
Dari berbagai uji ini dapat diketahui bahwa lautan
berpotensi sebagai penghasil bakteri biokontrol terhadap vibriosis. Pada umunya
bakteri bionkontrol penghambat pertumbuhan Vibrio
harvey sebagai penyebab vibriosis pada larva udang windu termasuk bakteri
gram negatif dan berbentuk batang pendek dengan warna koloni umumnya kuning dan
sensitif terhadap antibiotic gentamisin, kloramfenikol, rifampisin,
eritromisin. Hasil uji juga menunjukan bahwa bakteri biokontrol ini tidak
bersifat patogen terhadap larva udang windu. Jenis isolate bakteri biokontrol
asal Laut Sulawesi yang paling baik adalah isolate BL542 karena isolate bakteri
biokontrol ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab vibriosis pada
larva udang windu dengan cara menekan pertumbuhan Vibrio
harvey dalam air tempat larva udang windu hidup, serta mampu mengurangi
pelekatan Vibrio harvey terhadap
larva udang windu disebabkan bakteri isolate BL542 lebih cepat berkolonisasi
sehingga Vibrio harvey tidak dapat
mengkolonisasi larva udang windu dengan maksimal akibatnya dapat mengurangi
pertumbuhan koloni Vibrio Harvey pada larva udang windu.
IUU Fishing : Cause and Effect
IUU
fishing (Illegal, Unreported, Unregulated Fishing) is unauthorized fishing
activities which the activities are not reported to the competent fisheries
management institutions, also unregulated in laws. Illegal fishing refers to
activity which
is conducted by national or foreign vessels in waters under the jurisdiction of
a state, without the permission of that state, or in contravention of its laws and regulations. It is also conducted
by vessels flying the flag of States party to a relevant regional fisheries
management organisation (RFMO) but operating in contravention of the
conservation. Unreported
fishing is usually referring to activities which have not been reported, or
have been misreported to the relevant national authority in contravention of
national laws and regulations or undertaken in the area of competence of a
relevant RFMO which have not been reported or have been misreported in
contravention of the reporting procedures of that organization. Unregulated
fishing means that in fishing ground, the fish or fish resources are caught
without thinking about sustainability of the resources.
IUU fishing can be happened
by some factors. There is limitation of fishing equipment and lack of national
fishing fleet, law enforcement at sea and criminal provisions, also limitation of fishing tools.
In developing country just like Indonesia, IUU fishing is caused by limitation
of fishing equipment and lack of fishing fleet, law enforcement at sea and criminal
provisions. In Indonesia, case of IUU fishing can be found at eastern Indonesia
Sea for example Arafura Sea. The fishermen catch fish there with only limited
equipment. In addition,
they also catch fish by traditional equipment so it affects to fish catch. The
fish catch will be less than catch fish by modern fish equipment such as echo
sounder and fish finder. Fish finder is usually used to determine schools of
fish target whereas echo sounder is used to determine fishing ground. Echo
sounder and fish finder will facilitate fish catching so it will increase fish
catch. Limited and non modern equipment definitely will enlarge another
fisherman’s opportunity to catch fish at Indonesia in big scale. Lack of
fishing fleet influences to monitoring and controlling another country fishing
boat and also complicate in catching up illegal fishing ship. Besides that,
lack of law enforcement at sea and criminal provisions in Indonesia will aggravate
Indonesian fishery condition because it will enlarge opportunity of illegal
fishing and IUU fishing case will often happen. Moreover the perpetrators of
IUU fishing are not wary to do it because of criminal provisions lack.
Developed country is usually identified as perpetrators of IUU fishing because they
have full and modern fishing equipments such as Australian and Malaysia. It is
not only rumor but it is fact. Both countries are often looked catch fish in
Indonesian sea area. It can be identified from their ship flag. When Indonesian
fishing fleet will catch up they lost because of lack national fishing fleet.
Case of IUU fishing gives negative
effects to Indonesian people. There are some impacts from IUU fishing.
Overfishing is one of them. Overfishing is a
non-sustainable use of the oceans because it catches too much fish
for the system to support leads to an overall degradation to the system.Overfishing
occurs when fish are caught faster than they can
reproduce, and for many scientists it has become one of the
greatest impacts of people activity on oceans.
Overfishing increases the vulnerability of
ocean ecosystems and may contribute to the decline of other marine species
including birds and mammals. In another literature, Lincoln (2008) said that overfishing occurs when fishing activities reduce fish stocks below an acceptable level. This can occur
in any body of water from a pond to the oceans. Ultimately overfishing can lead to resource depletion in cases of subsidised fishing, low
biological growth rates and critical low biomass levels (e.g. by critical
depensation growth
properties), for
example overfishing of sharks has
led to the upset of entire marine ecosystems. Furthermore overfishing can decrease sea organism
population which is affect to rare or extinct some fish species. The
ability of a fishery to
recover after overfishing depends on whether the ecosystem conditions
are suitable for the recovery. Dramatic changes in species composition can
result in an ecosystem shift which influence equilibrium
energy flows.
IUU
fishing can be solved by Increasing of fishing budget funds to complete
facilities such as fishing equipment (fish finder/echo sounder) for fisherman
and increasing national fishing fleet to monitor another country fishing ship
through VMS (Vessel Monitoring System). VMS is not only monitoring vessel
movements relating to: the ship's
position, velocity ship, trajectory path (tracking) ship and the time of the
violation but also
VMS tracking results can be used as materials
analysis to determine abuse
of fishing gear, fishing area violations, practices transshipment, the
compliance report at the
fishing port. It also helps to provide position information to
the ship in some cases crimes at sea (lost contact, hijacking, accident) and can be used as source code in fish resource
management: know the results fishing effort, knowing the level of resource
utilization, and become a
material management of fish resources management policy because it can be integrated with
satellite radar systems or other detection devices to identify the ships that
do not have a transmitter (an indication of the vessel illegal). It can be taken a conclusion that IUU fishing give
negative effect such as overfishing which can be solved by increasing national
fishing fleet to monitor another country
fishing ship through VMS (Vessel Monitoring System).
04 Desember 2012
Tombo Ati
Kepada Engkau yang menyimpan kesengsaraan dalam kebisuan
Kepada engkau yang menangis dalam batin karena dikalahkan, karena disingkirkan, diusir, ditinggalkan
atau sangat-sangat susah untuk ketemu dengan namanya keadilan
Aku ingin bertamu ke lubuk hatimu saudara-saudaraku
Untuk mengajakmu istirahat sejenak
Mengendapkan hati bernyanyi, mengendapkan hati dan bernyanyi
Saudara-saudaraku sesama orang kecil di pinggir jalan
Sedulur-sedulurku di dusun-dusun di kampung-kampung perkotaaan
Karib-karibku di gang-gang kotor di gubug-gubug tepi sungai yang darurat
atau mungkin saudara-saudaraku di rumah-rumah besar di kantor-kantor mewah namun memendam semacam keperihan diam-diam
Aku ajak engkau semua sahabat-sahabatku saudara-saudaraku untuk menarik nafas sejenak duduk bersandar atau membaringkan badan, aku ajak engkau menjernihkan pikiran
Untuk menata hati menemukan kesalahan-kesalahan kita semua untuk tidak kita ulangi lagi
atau meneguhkan kebenaran-kebenaran untuk kita perjuangkan kembali.
Ayolah saudara-saudara rileks. . . . .
#Emha
Renungan Senja
Taukah kau kawan hidup ini
singkat?
Hanya
70 tahun saja…
Saat kau akan berubah menjadi wajah penuh keriput
Rambut penuh uban
Tubuh digerogoti penyakit
Bahkan… bisa saja hanya 20 tahun
Saat impian kecilmu belum sempat terwujud
Saat tawa belum menggenggam duniamu..
Taukah kawan...
Hidupmu tak bermanfaat?
Apa yang kau pikir?
Tak berguna dirimu diciptakan di dunia ini?
Hanya sampah?
Tak lebih untuk melengkapi skenario dunia
Apakah
kau sempat berpikir
20 tahun
hidupmu hanya berisi kesia-siaan belaka
20 tahun
yang kau buang percuma
Hanya
ecek-ecek canda,ecek-ecek cinta
Serta
ecek-ecek masalah hidup
Kau
mengganggap hidupmu sangat sulit?
Kau
menganggap hanya kaulah yang paling tidak berguna
Hanya
kaulah yang paling sengsara di dunia ini?
Jangan
membebani diri sendiri kawan...
Hanya
mengkasihani otak yang kau ajak menderita
Lihatlah
sekitarmu, pekalah dengan hidupmu,,
Hidup
ini terus berlanjut
Karena hidup tanpa titik
Hingga kematian menjemputmu...
Berjuanglah kawan…
Untuk menghargai
hidupmu yang singkat
Regarded and dedicated : Rosta Alannawa
28 November 2012
Cara Budidaya Belut Dalam Tong
Pada tulisan terdahulu sudah dibahas tentang cara budidaya ikan lele di ini. Untuk melanjutkan tulisan tersebut, maka kali ini kembali akan dipublikasikan mengenai cara budidaya belut. Adapun budidaya belut pada kesempatan ini yang dibahas adalah budidaya belut dalam tong.
Pembahasan mengenai cara budidaya belut dalam tong akan dimulai dari persiapan awal hingga masa panen tiba. Tentu dalam hal ini lahan yang tersedia juga sangat dibutuhkan meski tidak membutuhkan lahan yang luas.
Bagaimana cara budidaya belut ini secara lengkapnya, maka berikut bisa teman-teman ketahui secara detail yang disajikan oleh blog Karo Cyber untuk Anda.
1. Perlengkapan
Hal yang paling utama dan pertama sekali yang harus dipersiapkan dalam budidaya belut didalam tong adalah peralatan-peralatan sebagai berikut:
Persiapan dan teknik budidaya belut perlu diketahui agar kelak mendapatkan hasil yang maksimal. Disini hal yang perlu diperhatikan adalah media pemeliharaan sebagai tempat berkembang biak atau media tempat membesarkan belut. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
A. Drum atau Tong
Drum yang digunakan untuk budidaya belut harus yang tidak bocor dan juga tidak berkarat. Bila drum yang digunakan terbuat dari besi atau kaleng, maka sebaliknya drum tersebut sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu dari karat dan lakukan pengecetan ulang dan diamkan sampai kering hingga tidak berbau cat lagi.
Cara mempersiapkan drum atau tong sebagai media budidaya belut dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut ini:
Media tanah yang digunakan adalah tanah yang tidak berpasir dan juga tanah yang tidak terlalu liat dan memiliki kandungan hara yang cukup. Dalam hal ini disarankan untuk menggunakan media tanah yang diambil dari sawah. Pematangan media tanah dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
C. Media Instan Bokashi
Media ini dibuat diluar tong yang merupakan campuran dari bahan utama dan bahan campuran. Penggunaan 100 kilo bahan akan menghasilkan 90 kilo media instan bokashi. Untuk setiap tong ukuran 200 liter membutuhkan 40 kilo bokashi. Dalam pembuatan bokashi dibutuhkan bahan-bahan utama sebagai berikut:
Untuk mencapur media tanah dan media bokashi dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
E. Masukkan bibit belut
Setelah seluruh media budidaya diatas dipersiapkan, maka tahapan selanjutnya adalah menebarkan bibit belut. Bibit yang ditebar sebaiknya sebanyak 2 kg atau dengan jumlah bibit sebanyak 160-200 ekor.
3. Perawatan
Perawatan belut yang dibudidayakan didalam tong relatif lebih mudah karena pemantauan budidaya juga relatif kecil. Tetapi demikian perawatan harus tetapi diperhatikan, diantaranya adalah:
a. Pemberian Pakan
Sebenarnya tidak ada aturan baku tentang volume pemberian pakan. Tetapi sebaiknya pakan diberikan 5 persen dari jumlah bibit yang ditebarkan. Pakan yang diberikan sebaiknya terdiri dari cacing, kecebong, ikan-ikan kecil, dan cacahan keong mas atau bekicot. Pemberian pakan diberikan pada hari ke-3 setelah bibit ditebar didalam tong. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada sore hari seperti kebiasaan belut makan dialam bebas, yaitu sore dan malah hari.
b. Pengaturan Air
Pengaturan air sangat diperlukan untuk membuang sisa makanan agar tidak menumpuk dan menimbulkan penyakit bagi belut. Pengaturan air ini dapat dilakukan dengan cara mengalirkan air bersih kedalam tong. Sebaiknya air yang masuk berupa percikan air, dan hal ini sangat cocok dilakukan dengan menggunakan pipa paralon sebagai media aliran. Sementara untuk saluran pembuangan dapat dilakukan dengan membuat lobang pada tong di ketinggian 8 cm dari genangan air pada media. Selain itu untuk mengatur pembuangan sisa kotoran percikan air juga sangat bermanfaat untuk menambah oksigen.
c. Perawatan Tanaman Air
Tanaman air ini juga digunakan sebagai penjaga kelembaban tempat budidaya dan juga menjaga belut dari kepanasan.
d. Pemberian EM4
EM4 berfungsi untuk menetralisir sisa-sisa pakan. Selain itu juga berfungsi untuk mengurangi bau. EM4 diberikan 2-3 kali sehari dengan dosis 1/2 sendok makan yang terlebih dilarutkan dalam 1 liter air.
e. Perawatan Disekitar Lokasi
Perawatan di sekitar lokasi ini dilakukan untuk menjaga tong dari tanaman liar, lumut, dan hama maupun predator pemangsa seperti ayam.
4. Pemanenan
Pemanenan belut sudah dapat dilakukan setelah 3–4 bulan masa budidaya dilakukan atau sesuai dengan keinginan kita dan keinginan (permintaan) pasar. Pemanenan untuk media drum / tong tentunya lebih mudah , dan belut hasil budidaya siap dipasarkan.
Bagaimana cara budidaya belut ini secara lengkapnya, maka berikut bisa teman-teman ketahui secara detail yang disajikan oleh blog Karo Cyber untuk Anda.
1. Perlengkapan
Hal yang paling utama dan pertama sekali yang harus dipersiapkan dalam budidaya belut didalam tong adalah peralatan-peralatan sebagai berikut:
- Tong atau Drum, disarankan yang terbuat dari bahan plastik agar tidak berkarat.
- Paralon
- Kawat Kasa
- Tandon sebagai penampung air
- Ember, cangkul, baskom dan juga jerigen.
Persiapan dan teknik budidaya belut perlu diketahui agar kelak mendapatkan hasil yang maksimal. Disini hal yang perlu diperhatikan adalah media pemeliharaan sebagai tempat berkembang biak atau media tempat membesarkan belut. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
A. Drum atau Tong
Drum yang digunakan untuk budidaya belut harus yang tidak bocor dan juga tidak berkarat. Bila drum yang digunakan terbuat dari besi atau kaleng, maka sebaliknya drum tersebut sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu dari karat dan lakukan pengecetan ulang dan diamkan sampai kering hingga tidak berbau cat lagi.
Cara mempersiapkan drum atau tong sebagai media budidaya belut dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut ini:
- Letakkanlah tong pada posisi tanah yang datar. Hal ini dilakukan agar media menjadi lebih luas.
- Buka bagian tengan drum dan sisakan 5 cm pada bagian sisi kiri dan kanan.
- Pasang alat sebagai penganjal agar drum tidak menggelinding dan bergerak.
- Buat saluran pembuangan dibawah tong. Letak saluran pembuangan ini dapat disesuaikan dengan penampungan limbah pembuangan.
- Buah peneduh tong, sehingga intensitas panas matahari tidak terlalu tinggi dan mengenai langsung ke permukaan drum. Bahan ini dapat dibuat dengan net atau waring dan bisa juga dibuat dengan bahan-bahan yang lebih sederhana lainnya.
Media tanah yang digunakan adalah tanah yang tidak berpasir dan juga tanah yang tidak terlalu liat dan memiliki kandungan hara yang cukup. Dalam hal ini disarankan untuk menggunakan media tanah yang diambil dari sawah. Pematangan media tanah dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
- Masukkan tanah kedalam tong hingga ketinggian 30-40 cm
- Masukkan air hingga tanah becek namun tidak menggenang.
- Masukkan EM 4 sebanyak 4 botol kedalam tong.
- Aduk tanah sebanyak 2 kali sehari hingga tanah menjadi lembut dan gembur.
C. Media Instan Bokashi
Media ini dibuat diluar tong yang merupakan campuran dari bahan utama dan bahan campuran. Penggunaan 100 kilo bahan akan menghasilkan 90 kilo media instan bokashi. Untuk setiap tong ukuran 200 liter membutuhkan 40 kilo bokashi. Dalam pembuatan bokashi dibutuhkan bahan-bahan utama sebagai berikut:
- Jerami padi (40 persen)
- Pupuk Kandang (30 persen)
- Bekatul (20 persen)
- Potongan batang pisang (10 persen)
- EM4
- Air Sumur
- Larutan 250 gram gula pasir untuk menghasilkan 1 liter larutan molases.
- Cacah jerami dan potongan batang pisang dan kemudian dikeringkan terlebih dahulu. Tanda bahan yang sudah kering adalah hancur ketika digenggam.
- Campurkan bahan cacahan diatas dengan bahan pokok lainnya dan aduk hingga merata.
- Campurkanlah bahan ini sedikit demi sedikit tetapi jangan terlalu basah.
- Tutup media dengan karung goni atau terpal selama 4-7 hari. Bolak balik campuran agar tidak membusuk.
Untuk mencapur media tanah dan media bokashi dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
- Masukkan media Bokashi kedalam tong dan aduk hingga merata.
- Masukkan air kedalam tong hingga ketinggian 5 cm dan diamkanlah hingga terdapat plankton atau cacing (sekitar 1 minggu) selama proses ini berlangsung tong tidak perlu ditutup.
- Keluarkan air dari tong dan ganti dengan air baru dengan ketinggian yang sama.
- Masukkkan tumbuhan air yang tidak terlalu besar sebanyak 3/4 bagian dan ikan-ikan kecil.
- Masukkan vetsin secukupnya sebagai perangsang nafsu makan belut dan diamkan selama 2 hari.
E. Masukkan bibit belut
Setelah seluruh media budidaya diatas dipersiapkan, maka tahapan selanjutnya adalah menebarkan bibit belut. Bibit yang ditebar sebaiknya sebanyak 2 kg atau dengan jumlah bibit sebanyak 160-200 ekor.
3. Perawatan
Perawatan belut yang dibudidayakan didalam tong relatif lebih mudah karena pemantauan budidaya juga relatif kecil. Tetapi demikian perawatan harus tetapi diperhatikan, diantaranya adalah:
a. Pemberian Pakan
Sebenarnya tidak ada aturan baku tentang volume pemberian pakan. Tetapi sebaiknya pakan diberikan 5 persen dari jumlah bibit yang ditebarkan. Pakan yang diberikan sebaiknya terdiri dari cacing, kecebong, ikan-ikan kecil, dan cacahan keong mas atau bekicot. Pemberian pakan diberikan pada hari ke-3 setelah bibit ditebar didalam tong. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada sore hari seperti kebiasaan belut makan dialam bebas, yaitu sore dan malah hari.
b. Pengaturan Air
Pengaturan air sangat diperlukan untuk membuang sisa makanan agar tidak menumpuk dan menimbulkan penyakit bagi belut. Pengaturan air ini dapat dilakukan dengan cara mengalirkan air bersih kedalam tong. Sebaiknya air yang masuk berupa percikan air, dan hal ini sangat cocok dilakukan dengan menggunakan pipa paralon sebagai media aliran. Sementara untuk saluran pembuangan dapat dilakukan dengan membuat lobang pada tong di ketinggian 8 cm dari genangan air pada media. Selain itu untuk mengatur pembuangan sisa kotoran percikan air juga sangat bermanfaat untuk menambah oksigen.
c. Perawatan Tanaman Air
Tanaman air ini juga digunakan sebagai penjaga kelembaban tempat budidaya dan juga menjaga belut dari kepanasan.
d. Pemberian EM4
EM4 berfungsi untuk menetralisir sisa-sisa pakan. Selain itu juga berfungsi untuk mengurangi bau. EM4 diberikan 2-3 kali sehari dengan dosis 1/2 sendok makan yang terlebih dilarutkan dalam 1 liter air.
e. Perawatan Disekitar Lokasi
Perawatan di sekitar lokasi ini dilakukan untuk menjaga tong dari tanaman liar, lumut, dan hama maupun predator pemangsa seperti ayam.
4. Pemanenan
Pemanenan belut sudah dapat dilakukan setelah 3–4 bulan masa budidaya dilakukan atau sesuai dengan keinginan kita dan keinginan (permintaan) pasar. Pemanenan untuk media drum / tong tentunya lebih mudah , dan belut hasil budidaya siap dipasarkan.
Langganan:
Postingan (Atom)